Tak pernah sedikit pun saya membayangkan telah sejauh ini menggeluti dunia tulis menulis.Tepatnya
5 tahun silam, dunia ini mulai saya kenal. Tepat 5 tahun silam, saya mulai
“tersesat” dalam taman kata ini. Tak
ragu saya mengatakannya kepada anda bahwa ini adalah sebuah kesesatan.
Kesesatan dalam sebuah kebaikan yang bernama “MENULIS”. Apa sebab saya mengatakannya
sebuah kesesatan? Karena ini semua bermula
dari keisengan saya mencoba sesuatu yang baru.
Pujiati Sari (2008) |
Semuanya bermula dari kesesatan yang diajarkan oleh
Guru Bahasa Indonesia saya yang mengajarkan sebuah mantra sakti dalam menulis.
Mantranya berbunyi; “Tulislah apa yang
kamu pikirkan. Jangan pikirkan apa yang kamu tulis!”. Mantra tersebut
berarti bahwa menulislah apa adanya seperti air mengalir. Apa yang dirasakan
saat itu, silahkan tuliskan. Tak perlu takut apakah kalimatnya sudah bagus atau
tidak. Mulailah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja, yang penting
menulis dulu. Tulis draft pertama itu
dengan hati. Baru menulis ulang dengan kepalamu. Sebab, kunci utama menulis
adalah menulis, bukannya berpikir.
Berulang kali guru saya menggembor-gemborkan mantra
itu. Rambutnya yang putih dan usianya yang tak muda lagi, tak menyurutkan
semangatnya untuk menyesatkan saya dalam dunia yang selama ini asing bagi saya.
Terus dan terus hingga meledak-ledak semangatnya berupaya menghipnotis saya dan
teman-teman sekelas saat mata pelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Saya pun
terhipnotis untuk menerapkan mantra sakti tersebut. Namun, tak pernah berharap
lebih, bahwa mantra ini akan bekerja dengan baik, karena toh saya tak memiliki
bakat dan minat dalam bidang tulis menulis. Boro-boro menulis,
aktivitas membaca pun jarang saya lakukan waktu kecil.
Seiring
berjalannya waktu, menjelang kelulusan SMA, saya mulai merenung dan bertanya
pada diri saya sendiri. Selama ini, prestasi membanggakan apa yang bisa saya
berikan buat sekolah? Nyatanya nihil, tidak ada sama sekali. Di sisi lain, saya
iri dengan guru dan kakak saya yang menyabet berbagai prestasi menulis baik
tingkat lokal maupun nasional.
Jauh
hari Sebelumnya, suatu ketika guru saya pernah mengatakan kepada saya, “Nak, tekunilah dunia tulis menulis dari
sekarang. Dan engkau tak kan pernah bayangkan rejeki apa yang engkau dapatkan
nanti. Engkaulah yang menuai hasilnya di beberapa tahun ke depan,” ucapnya
kurang lebih seperti itu.
Saat
SMA kelas XII saya mulai membiasakan membaca buku. Di sinilah saya juga menemukan berbagai motivasi dari berbagai
buku yang menguatkan saya untuk menggeluti dunia menulis. Pertama, bahwa bakat menulis hanyalah 1%, dan selebihnya
dibutuhkan kerja keras dan perjuangan. Itu berarti bahwa untuk dapat
menulis bukanlah bakat yang terpenting, tapi kemauan yang besar untuk belajar
dan membiasakan diri untuk praktek menulis. Kedua, Verba Volant Scripta Manent.
Kutipan asal Yunani yang artinya “Lisan
bisa Hilang tapi Tulisan tetap Abadi!”. Ketika seseorang telah meninggal
dunia, sesuatu yang dapat dikenang adalah pemikiran-pemikirannya yang
dituangkan dalam tulisan. Ketiga, menulis itu merupakan ciri terpenting sebuah
pembelajaran. Bobbi de Porter, penulis buku best seller
“Quantum Learning” dan “Quantum Bisnis” menempatkan kemampuan menulis sebagai indikator
keberhasilan orang. Menurutnya, seseorang dikatakan gagal jika tidak mampu
mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki siapa saja. Keempat, motivasi menulis dari
Imam Al-Ghazali yakni “Kalau kamu bukan
anak Raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Saya
pun mengakuinya, bahwa saya bukanlah anak raja dan bukan juga anak ulama, maka
jalan terbaik yang bisa saya lakukan untuk menjadi orang sukses adalah dengan berprofesi
sebagai penulis. Uniknya profesi ini tidak harus menanggalkan profesi yang
lain. Dari motivasi tersebut, saya
berpikir bahwa apapun profesi saya nantinya, profesi penulis adalah
“Milestone” saya untuk menjadi orang
sukses.
Itulah
empat kutipan super yang telah merubah paradigma saya sebelumnya. Tentunya tak
hanya kutipan tersebut namun berbagai kutipan lain yang saya dapatkan dari
hasil membaca buku dan mengikuti pelatihan menulis. Motivasi dari guru beserta
kutipan dari buku tersebut menjadi suplemen saya hingga memberikan energi yang
maha dahsyat untuk menggeluti dunia tulis menulis. Dulu, niat yang awalnya
iseng-iseng kini beralih menjadi sungguh-sungguh, diikuti dengan kegigihan,
keuletan, kesabaran, dan keikhlasan, hingga pada akhirnya Alhamdulillah berbuah
manis. Singkat cerita setelah berjuang penuh peluh, akhirnya saya mendapatkan “buah
manis” yang pertama yaitu bisa memenangkan lomba menulis tingkat pelajar
se-Kota Palu, yang hadiahnya adalah sebuah laptop. Prestasi inilah yang bisa saya persembahkan
buat sekolah menjelang kelulusan SMA. Hingga detik ini di tingkat perguruan tinggi,
Alhamdulillah berbagai prestasi menulis telah saya raih baik di tingkat lokal, nasional
maupun internasional. Sesungguhnya, pembeberan prestasi ini bukannya untuk
sombong, namun agar anda semua termotivasi
untuk bisa menorehkan prestasi di bidang tulis menulis juga. Saya bisa, dan yakinlah bahwa anda pun bisa.
Tunggu apa lagi? Ayo sekarang
ambil kertas dan pulpen. Menulislah! Mulailah menulis apa saja yang kamu
rasakan, pikirkan, keluhkan, dan risaukan. Kegelisahan-kegelisahan yang
bergetar dalam dada seseorang adalah bahan terbaik untuk tulisannya.
Kepiawaiannya meramu perasaan dan emosinya dalam untaian-untaian kata yang
indah, cair, elok, dan bertenaga dibutuhkan keterampilan khusus. Di sini lah
dibutuhkan adanya latihan demi latihan. Ingatlah bahwa besi yang tumpul pun
kalau terus diasah lambat laun akan tajam. Batu yang keras, lambat laun akan
berlubang mana kala dijatuhi tetes hujan secara terus menerus. Sama halnya
dengan keterampilan menulis seseorang. Butuh latihan berhari-hari hingga
bertahun-tahun. Intinya punya niat, tekad, kreatif, tekun, sabar, pantang
menyerah, dan ikhlas menempuh proses belajarnya, adalah kunci sukses menjadi
seorang penulis hebat.
Tunggu apa lagi? Mari
sama-sama “tersesat” di taman kata, dan anda kan temukan “kejutan” di tempat
ini. Yakinlah. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar