Jumat, 21 Maret 2014

Tersesat di Taman Kata, Milestone dalam Hidupku

Tak pernah sedikit pun saya membayangkan telah sejauh ini menggeluti dunia tulis menulis.Tepatnya 5 tahun silam, dunia ini mulai saya kenal. Tepat 5 tahun silam, saya mulai “tersesat”  dalam taman kata ini. Tak ragu saya mengatakannya kepada anda bahwa ini adalah sebuah kesesatan. Kesesatan dalam sebuah kebaikan yang bernama “MENULIS”. Apa sebab saya mengatakannya sebuah kesesatan? Karena ini semua bermula dari keisengan saya mencoba sesuatu yang baru. 
Pujiati Sari (2008)
Semuanya bermula dari kesesatan yang diajarkan oleh Guru Bahasa Indonesia saya yang mengajarkan sebuah mantra sakti dalam menulis. Mantranya berbunyi; “Tulislah apa yang kamu pikirkan. Jangan pikirkan apa yang kamu tulis!”. Mantra tersebut berarti bahwa menulislah apa adanya seperti air mengalir. Apa yang dirasakan saat itu, silahkan tuliskan. Tak perlu takut apakah kalimatnya sudah bagus atau tidak. Mulailah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja, yang penting menulis dulu.  Tulis draft pertama itu dengan hati. Baru menulis ulang dengan kepalamu. Sebab, kunci utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir. 
Berulang kali guru saya menggembor-gemborkan mantra itu. Rambutnya yang putih dan usianya yang tak muda lagi, tak menyurutkan semangatnya untuk menyesatkan saya dalam dunia yang selama ini asing bagi saya. Terus dan terus hingga meledak-ledak semangatnya berupaya menghipnotis saya dan teman-teman sekelas saat mata pelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Saya pun terhipnotis untuk menerapkan mantra sakti tersebut. Namun, tak pernah berharap lebih, bahwa mantra ini akan bekerja dengan baik, karena toh saya tak memiliki bakat dan minat dalam bidang tulis menulis. Boro-boro menulis, aktivitas membaca pun jarang saya lakukan waktu kecil. 
Seiring berjalannya waktu, menjelang kelulusan SMA, saya mulai merenung dan bertanya pada diri saya sendiri. Selama ini, prestasi membanggakan apa yang bisa saya berikan buat sekolah? Nyatanya nihil, tidak ada sama sekali. Di sisi lain, saya iri dengan guru dan kakak saya yang menyabet berbagai prestasi menulis baik tingkat lokal maupun nasional. 
Jauh hari Sebelumnya, suatu ketika guru saya pernah mengatakan kepada saya, “Nak, tekunilah dunia tulis menulis dari sekarang. Dan engkau tak kan pernah bayangkan rejeki apa yang engkau dapatkan nanti. Engkaulah yang menuai hasilnya di beberapa tahun ke depan,” ucapnya kurang lebih seperti itu. 
Saat SMA kelas XII saya mulai membiasakan membaca buku. Di sinilah saya  juga menemukan berbagai motivasi dari berbagai buku yang menguatkan saya untuk menggeluti dunia menulis. Pertama, bahwa bakat menulis hanyalah 1%, dan selebihnya dibutuhkan kerja keras dan perjuangan. Itu berarti bahwa untuk dapat menulis bukanlah bakat yang terpenting, tapi kemauan yang besar untuk belajar dan membiasakan diri untuk praktek menulis. Kedua, Verba Volant Scripta Manent. Kutipan asal Yunani yang artinya “Lisan bisa Hilang tapi Tulisan tetap Abadi!”. Ketika seseorang telah meninggal dunia, sesuatu yang dapat dikenang adalah pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan. Ketiga, menulis itu merupakan ciri terpenting sebuah pembelajaran.  Bobbi de Porter, penulis buku best seller “Quantum Learning” dan “Quantum Bisnis” menempatkan kemampuan menulis sebagai indikator keberhasilan orang. Menurutnya, seseorang dikatakan gagal jika tidak mampu mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siapa saja. Keempat, motivasi menulis dari Imam Al-Ghazali yakni “Kalau kamu bukan anak Raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Saya pun mengakuinya, bahwa saya bukanlah anak raja dan bukan juga anak ulama, maka jalan terbaik yang bisa saya lakukan untuk menjadi orang sukses adalah dengan berprofesi sebagai penulis. Uniknya profesi ini tidak harus menanggalkan profesi yang lain. Dari motivasi tersebut,  saya berpikir bahwa apapun profesi saya nantinya, profesi penulis adalah “Milestone”  saya untuk menjadi orang sukses.
Itulah empat kutipan super yang telah merubah paradigma saya sebelumnya. Tentunya tak hanya kutipan tersebut namun berbagai kutipan lain yang saya dapatkan dari hasil membaca buku dan mengikuti pelatihan menulis. Motivasi dari guru beserta kutipan dari buku tersebut menjadi suplemen saya hingga memberikan energi yang maha dahsyat untuk menggeluti dunia tulis menulis. Dulu, niat yang awalnya iseng-iseng kini beralih menjadi sungguh-sungguh, diikuti dengan kegigihan, keuletan, kesabaran, dan keikhlasan, hingga pada akhirnya Alhamdulillah berbuah manis. Singkat cerita setelah berjuang penuh peluh, akhirnya saya mendapatkan “buah manis” yang pertama yaitu bisa memenangkan lomba menulis tingkat pelajar se-Kota Palu, yang hadiahnya adalah sebuah laptop.  Prestasi inilah yang bisa saya persembahkan buat sekolah menjelang kelulusan SMA.  Hingga detik ini di tingkat perguruan tinggi, Alhamdulillah berbagai prestasi menulis telah saya raih baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Sesungguhnya, pembeberan prestasi ini bukannya untuk sombong, namun agar  anda semua termotivasi untuk bisa menorehkan prestasi di bidang tulis menulis juga. Saya bisa, dan yakinlah bahwa anda pun bisa.
Tunggu apa lagi? Ayo sekarang ambil kertas dan pulpen. Menulislah! Mulailah menulis apa saja yang kamu rasakan, pikirkan, keluhkan, dan risaukan. Kegelisahan-kegelisahan yang bergetar dalam dada seseorang adalah bahan terbaik untuk tulisannya. Kepiawaiannya meramu perasaan dan emosinya dalam untaian-untaian kata yang indah, cair, elok, dan bertenaga dibutuhkan keterampilan khusus. Di sini lah dibutuhkan adanya latihan demi latihan. Ingatlah bahwa besi yang tumpul pun kalau terus diasah lambat laun akan tajam. Batu yang keras, lambat laun akan berlubang mana kala dijatuhi tetes hujan secara terus menerus. Sama halnya dengan keterampilan menulis seseorang. Butuh latihan berhari-hari hingga bertahun-tahun. Intinya punya niat, tekad, kreatif, tekun, sabar, pantang menyerah, dan ikhlas menempuh proses belajarnya, adalah kunci sukses menjadi seorang penulis hebat. Tunggu apa lagi? Mari sama-sama “tersesat” di taman kata, dan anda kan temukan “kejutan” di tempat ini. Yakinlah. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar